Rabu, 19 November 2014

Namamu Hona ?

      Pagi bertemu lagi, hari demi hari telah terlewati, burung-burung tidak pernah bosan bernyanyi di atas pepohonan membuat suasana pagi begitu menyejukan. Embun pagi bergelantungan di atas dedaunan hijau. Hari itu, setelah beberapa hari terpikirkan suatu pertanyaan besar, pertanyaan yang menghantui dalam tidur yang belum terjawab tentang siapa nama gadis itu.
5 hari setelah pertemuan itu, pertemuan pertama yang menimbulkan banyak tanya. Hari ini adalah hari dimana semua mahasiswa baru melaksanakan Program Orientasi Perguruan Tinggi atau biasa disebut PROPTI tingkat Fakultas, karena PROPTI tingkat Universitas sudah dilaksanakan selama tiga hari kemarin. Hari ini hari, semua mahasiswa baru fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam digiring ke lingkungan Fakultas MIPA. Disana akan diberi pengarahan dan pengenalan seputar fakultas MIPA itu sendiri, pengenalan dosen-dosen di FMIPA itu sendiri, dan pengenalan dekan, wakil dekan dan sebagainya. Bagiku hari ini tidak ada bedanya dengan tiga hari yang lalu, hari yang membosankan, memakai tanda pengenal yang dibuat dari kertas bufalo yang dilaminating bertuliska nama, jurusan, beserta asal SMA nya masing-masing.

Bagiku, asal SMA yang terlihat diantara mahasiswa baru yang baru aku kenal itu sungguh tidak peduli, buat apa ? aku tidak mengenal satupun SMA yang mereka tulis, tidak tau tempatnya dimana, dan tidak tahu seperti apa sekolahnya itu. Bagiku hanya satu yang kupedulikan, nama. Ya nama gadis itu, dengan ratusan mahasiswa baru yang memakai tanda pengenal di badan mereka, pasti aku bisa mengetahui nama gadis itu tanpa perlu bertanya kepada siapapun. Dan tentu saja hipotesis ku benar, disaat mahasiswa baru semuanya bersiap untuk pulang, berlari sana-sini seperti sekumpulan laron yang beterbangan, disaat itupula aku melihatnya. Ya.. Tidak salah lagi, itu dia..! dia yang dulu memakai gaun serba coklat, menunduk setiap berjalan, tersenyum manis saat menerima jas almamater kepada petugas loket. Senyum manis itu, aku tidak akan pernah lupa dengan senyuman itu. Aku berlari melawan arus gelombang orang-orang yang akan bersiap pulang kerumah masing-masing ataupun ke tempat kos nya, berlari, mengejar sebisa mungkin gadis itu, melihat tanda pengenal yang tergantung pada lehernya. Harus hari ini, harus detik ini juga aku mengetahuinya. tidak bisa ditahan lagi rasa penasaran ini.

Setelah beberapa menit berlari melawan gelombang mahasiswa, aku berhasil tepat di depannya. Oh ibu.. Apa yang selanjutnya harus kulakukan, dia tepat didepanku. Tidak kuasa menatap wajahnya, aku hanya harus fokus melihat tanda pengenal yang tergantung di lehernya. Binggo. Akhirnya aku bisa melihatnya, walau hanya beberapa detik, karena dia ditarik temannya untuk segera pulang. 'Hona ?' Namanya Hona Ibu.. Hona..? Nama yang asing dikepalaku, nama yang baru aku lihat, nama yang belum pernah kutemukan diantara gadis-gadis lain. Nama yang unik, yang aku sendiri belum tahu apa maknanya. Satu pertanyaan telah terungkap, telah terjawab, tak akan ada lagi rasa penasaran, tak akan ada lagi pertanyaan yang menghantui di pikiran. Hona. Itulah nama gadis itu, meski belum tahu apa nama lengkapnya. Tetapi itu saja sudah cukup. Hona.

Selasa, 18 November 2014

Pertemuan Pertama

            Hari itu, Pagi yang indah, burung burung bernyanyi diantara pepohonan kelapa, mentari pagi siap memunculkan dirinya di ufuk timur menggantikan penerang malam. Hari itu adalah hari pembagian jas alamamter di sebuah Universitas Negeri di pulau Sumatra bagian selatan, hari yang sangat spesial bagi seseorang. Ya.. hari itu adalah hari yang spesial bagiku, karena hari itu, saat aku menerima jas almamater berarti aku sudah menjadi mahasiswa. Yang berarti harus merubah semua aspek kehidupanku. Harus lebih dewasa, berpikir tenang, jangan mudah marah, dan harus memperbaiki ahlaq dan sifatku yang buruk waktu di SMA. Ya.. itu benar, dulu waktu di SMA aku terkenal dengan sebutan 'Playboy ga jadi'. Untungnya ga jadi... hahaha.
Julukan itu diberikan bukan karena aku playboy, sungguh tidak, aku tidak pernah mempunyai pacar sewaktu sma, satu-satunya aku mengungkapkan perasaan ku terhadap perempuan dan dia juga menyukaiku, tapi aku tidak pernah mengakui bahwa itu pacaran, begitu juga dia, hanya saling suka, dan tanpa status.
Entah apa alasan mereka memberikan julukan itu, yah... aku tidak terlalu memikirkan, biarlah mereka berkata apa. Aku tetaplah aku.

Ya.. aku tetaplah aku, anak desa yang lahir di bagian utara kota pangkal perjuangan, kota industri yang sangat besar, kota yang dulu dijuluki 'kota lumbung padi', kota Karawang. Yang merantau, menuntut ilmu di pulau seberang melintasi gunung, selat sunda, belajar di pulau sumatra bagian selatan. Disaat anak-anak dari sumatra sangat ingin menuntut ilmu di pulau jawa, aku justru sebaliknya. Pergi ke sumatra, pulau yang belum pernah tersentuh olehku, tidak ada saudara di sana. Sendiri. Untuk tujuan yang mulia.

Kembali lagi ke hari itu, hari yang akan mengubah semua hidupku. Aku datang pagi, pagi sekali. Sangat bersemangat untuk menerima sebuah kain besar berwarna hijau yang sering dipakai oleh para mahasiswa, terutama mahasiswa baru. Setelah menerima jas itu, mencoba apakah itu pas di badanku atau tidak, dan akhirnya jas itu cukup pas di tubuhku.

Pada saat yang bersamaan saat aku menerima jas itu, seseorang itu muncul, seseorang yang anggun, memakai pakaian serba coklat, kerudung coklatnya menguntai sampai menutupi sebagian badannya, sangat anggun, berjalan lembut dalam kesederhanannya. Ya. dia sangat sederhana, tapi sungguh menawan, tersenyum manis saat menerima jas oleh petugas loket itu. Sungguh manis.

Jam yang sama, menit yang sama, detik yang sama. Sel-sel dalam otak ku bergerak lebih cepat, memikirkan sebuah pertanyaan dalam pikiranku, sebuah pertanyaan yang menggangguku, 'Siapakah gadis itu'. Merambat ke hatiku, bergetar, merasakan sebuah rasa yang tidak biasa. Gadis yang akan menjadi bagian dari cerita ini. Gadis itu.
Tujuh menit kemudian setelah dia menerima jas almamater itu, mencoba memakai ditubuhnya, memastikan bahwa itu pas atau tidak, dia tersenyum sekali lagi ke petugas loket, berterima kasih, dan pergi. Menghilang di pelupuk pandangan mataku.

Astagfirullah. !! aku memandanginya, memandangi seorang gadis asing, itu bukan hak ku, pandangan mata ini tidak sengaja terus memperhatikannya, aku kembali menunduk.
Oh.. ibu. Siapakah gadis itu .??? Gadis yang membuat mengalihkan pandanganku dalam sekejap.
Setelah dia mulai menghilang dari pandanganku, rasa penasaran itu muncul, entah apa yang aku pikirkan waktu itu, aku mengikutinya. Mengikuti dari belakang, akan pergi kemana dia. Berharap sekali lagi bisa melihatnya. Beberapa langkah setelah aku mengikutinya, dia berhenti, berbalik berjalan mendekatiku. Ya Allah.. apa yang harus ku lakukan, apakah aku ketahuan telah mengikutinya ? Terdiam sejenak, berpura-pura mencari kegiatan, melihat sekitar, dan diapun melewati ku, berjalan kembali menuju loket pembagian itu. Dan itulah terakhir kali aku melihatnya hari itu, karena tidak mungkin aku akan mengikutinya lagi, takut dia curiga, akhirnya aku pulang ke kontrakanku, entah apa yang dia lakukan setelah itu, akan pergi kemana dia. Aku tidak tahu, aku pulang menyisakan sebuah pertanyaan besar dan sebuah harapan untuk bertemunya kembali. Kabar baiknya, pasti dia juga mahasiswi satu fakultas denganku. Cepat atau lambat, aku pasti akan melihatnya lagi.