Selasa, 09 Desember 2014



1. NASEHAT IBU PANTI

J
reng-jreng-jreng.. “Aku anak Indonesia, sehat dan kuat ! karena mama memberi batu baterai ABC, sehat, kuat, dan tahan lama”. Sepenggal lirik yang dinyanyikan pengamen pagi ini mengingatkanku akan masa laluku. Masa yang penuh dengan keras dan liku-likunya kehidupan. Masa yang memaksaku untuk berjuang lebih keras untuk kehidupan lebih baik. Sungguh masa-masa yang keras tapi indah. Pagi ini, dalam suasana kabut menyelimuti kota Bandung, kota yang dulu dikenal dan diangung-agungkan sebagai Paris van Java. Kota yang diselimuti oleh pemandangan gunung yang indah, wisata kuliner yang murah, kota asri dan sejuk yang dipenuhi para ‘mojang priangan’ yang tak ditemukan didaerah lain di Indonesia. Pagi ini disaat mentari menampakan dirinnya kembali menggantikan sang rembulan yang bergadang semalaman. Aktivitas semua orangpun lambat laun dimulai, para karyawan pergi hilir mudik ke kantor kerjanya, mahasiswa dari berbgai universitas ternama baik yang negeri ataupun swasta yang berangkat ke kampus mereka, para supir angkot yang berhenti mendadak semaunya, berteriak kencang berebut penumpang, pengemis yang mulai menadahkan tangan-tangannya berharap belas kasihan dari orang-orang disekitar.

Pagi ini. Mengapa selalu pagi ? Menurutku pagi adalah suasana yang selalu kutunggu, saat dimana semua kehidupan dimulai, saat dimana orang-orang berjuang untuk kehidupan mereka masing-masing seperti yang kulakukan dulu. “Aaaa. Aku mirip Anjasmara, Bbb. Bodi kaya Beri Prima…” alunan nyanyian pengamen itu terus memenuhi ruangan dalam bis yang penuh dengan para mahasiswa dan karyawan yang hendak bekerja. Begitu juga denganku, hari ini aku memilih menaiki bis umum karena aku malas naik mobil pribadi yang kemungkinan besar akan terjebak macetnya kota besar ini, yang hanya akan menyita waktuku saja.
Setelah kuarng lebih 327 detik akhirnya pengamen tersebut telah selesai menyanyikan satu lagu yang sangat panjang yang sama seperti aku nyanyikan dulu saat pengamen. Saat ketika pertama aku melihat dia, melihat gadis itu, gadis berkerudung hitam panjang, dengan senyuman di bibir tipisnya yang indah, serta mata bulatnya yang berwarna coklat kopi susu. Ah. Kenapa aku masih ingat deskripsi tentang wajah itu, wajah gadis yang membuatku pertama kali merasakan getaran hebat pada diriku saat dia menatapku, tapi itu sudah delapan tahun yang lalu,. Delapan tahun tanpa kabar dimana keberadaannya sekarang.
“Kiri bang !!” Aku menghentikan bis yang aku tumpangi, tujuanku sudah didepan mata, aku sudah sampai di perusahaanku. Sederhana, tidak terlalu besar, tapi inilah hasil usaha dan do’a ku selama ini. Perusahaan yang Insya Allah akan membantuku untuk mewujudkan impianku. Sebuah bengkel mobil sederhana dengan belasan mobil hasil modif-an yang dibuat oleh tangan-tangan cekatan para pegawaiku.
Bengkel sedehana yang kubuat dari nol. Bengkel yang kubuat dari tabungan hasil mengamen dan jualan makanan kecil di sekitar kampus itu akhirnya cukup untuk menyewa sebuah tempat kecil sebagai awal mula bengkel ini.
Kecil, dan sederhana. Hanya sebuah bangunan berukuran lima kali enam meter, dengan dinding batu bata yang sudah memudar dibagian tengahnya. Jendela dengan kaca yang pecah di sisi bagian kiri. Genteng yang sudah tua dan sedikit bocor di bagian pojok jika sedang hujan deras. Ruangan ini adalah bekas toko sembako pemilik sebelumnya yang kemudian pindah ke bagian timur kota Bandung. Dan bangunan inipun disewakan. Namun, belum pernah ada yang menyewa tempat ini semenjak ditinggalkan pemiliknya. Padahal bangunan ini strategis sekali sebagai tempat usaha apapun. Letaknya yang ada di pinggir jalan sebelum perempatan lampu merah yang berada sekitar 20 meter dari bangunan ini. Bangunan inipun bersebrangan dengan salah satu departemen store terbesar di kota ini. Tempat yang sungguh strategis, murah dan punya potensi yang bagus.
Setelah berusaha menghubungi pemiliknya akhirnya aku bisa menyewa bangunan ini untuk satu tahun kedepan. Untuk peralatan bengkelnya sendiri aku membelinya di pasar loak yang bisa terpakai. Tempat sudah ada, alat-alat sudah tersedia meskipun sederhana. Untuk Ilmunya ? Ilmu yang berhubungan dengan mesin ? Kebetulan meskipun aku hanyalah seorang pemuda yang menghabiskan sebelas tahun dengan mengamen di bis angkutan umum dan berjualan makanan kecil. Alhamdulillah Aku masih bisa merasakan bangku sekolah dari Sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah kejuruan. Karena ibu panti itu sangat baik, puluhan anak asuhnya yang ada dipanti tersebut disekolahkan oleh dia dengan biaya seadannya dan dibantu dengan penghasilan kami bekerja setiap pulang sekolah. Sewaktu di panti, aku dan semua anak panti tidak pernah diajarkan untuk mengemis dan mengharapkan belas kasihan dan bantuan orang lain. Aku masih ingat perkataan ibu panti tersebut saat kami berkumpul makan malam, raut wajah keibuannya yang mendamaikan, berusia hampir empat puluhan dengan alis tipis da nada tahi lalat di hidungnya, bibirnya tipis menggemaskan yang masih terlihat sangat menarik bagi anak-anak panti. “ Ingat nak, seberapa sulitnyapun keadaan kalian, kalian hanya boleh berharap kepada Allah. Jangan meminta kepada selain Allah, karena percayalah Allah akan memberikan rizki bagi semua hambanya. Terserah kalian mau bekerja apa. Mengamen, tukang semir sepatu, penjaga kamar mandi umum, itu semua lebih mulia darpada kalian mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Tapi jika ada orang yang memberikan batuan kepada kalian, terimalah. Boleh menerima, tapi jangan meminta ! ”. Kalimat itu bak peluru yang melesat dengan sangat cepat menembus hati kami. Tepat. Membuat aku dan semua anak dipanti berjanji di hati kami masing-masing untuk tidak mengemis selama hidup kami. Untuk itu setiap selesai sekolah aku mencari penghasilan tambahan uang untuk biaya sekolahku agar tidak terlalu membebani dan bergantung pada ibu panti.

Rabu, 19 November 2014

Namamu Hona ?

      Pagi bertemu lagi, hari demi hari telah terlewati, burung-burung tidak pernah bosan bernyanyi di atas pepohonan membuat suasana pagi begitu menyejukan. Embun pagi bergelantungan di atas dedaunan hijau. Hari itu, setelah beberapa hari terpikirkan suatu pertanyaan besar, pertanyaan yang menghantui dalam tidur yang belum terjawab tentang siapa nama gadis itu.
5 hari setelah pertemuan itu, pertemuan pertama yang menimbulkan banyak tanya. Hari ini adalah hari dimana semua mahasiswa baru melaksanakan Program Orientasi Perguruan Tinggi atau biasa disebut PROPTI tingkat Fakultas, karena PROPTI tingkat Universitas sudah dilaksanakan selama tiga hari kemarin. Hari ini hari, semua mahasiswa baru fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam digiring ke lingkungan Fakultas MIPA. Disana akan diberi pengarahan dan pengenalan seputar fakultas MIPA itu sendiri, pengenalan dosen-dosen di FMIPA itu sendiri, dan pengenalan dekan, wakil dekan dan sebagainya. Bagiku hari ini tidak ada bedanya dengan tiga hari yang lalu, hari yang membosankan, memakai tanda pengenal yang dibuat dari kertas bufalo yang dilaminating bertuliska nama, jurusan, beserta asal SMA nya masing-masing.

Bagiku, asal SMA yang terlihat diantara mahasiswa baru yang baru aku kenal itu sungguh tidak peduli, buat apa ? aku tidak mengenal satupun SMA yang mereka tulis, tidak tau tempatnya dimana, dan tidak tahu seperti apa sekolahnya itu. Bagiku hanya satu yang kupedulikan, nama. Ya nama gadis itu, dengan ratusan mahasiswa baru yang memakai tanda pengenal di badan mereka, pasti aku bisa mengetahui nama gadis itu tanpa perlu bertanya kepada siapapun. Dan tentu saja hipotesis ku benar, disaat mahasiswa baru semuanya bersiap untuk pulang, berlari sana-sini seperti sekumpulan laron yang beterbangan, disaat itupula aku melihatnya. Ya.. Tidak salah lagi, itu dia..! dia yang dulu memakai gaun serba coklat, menunduk setiap berjalan, tersenyum manis saat menerima jas almamater kepada petugas loket. Senyum manis itu, aku tidak akan pernah lupa dengan senyuman itu. Aku berlari melawan arus gelombang orang-orang yang akan bersiap pulang kerumah masing-masing ataupun ke tempat kos nya, berlari, mengejar sebisa mungkin gadis itu, melihat tanda pengenal yang tergantung pada lehernya. Harus hari ini, harus detik ini juga aku mengetahuinya. tidak bisa ditahan lagi rasa penasaran ini.

Setelah beberapa menit berlari melawan gelombang mahasiswa, aku berhasil tepat di depannya. Oh ibu.. Apa yang selanjutnya harus kulakukan, dia tepat didepanku. Tidak kuasa menatap wajahnya, aku hanya harus fokus melihat tanda pengenal yang tergantung di lehernya. Binggo. Akhirnya aku bisa melihatnya, walau hanya beberapa detik, karena dia ditarik temannya untuk segera pulang. 'Hona ?' Namanya Hona Ibu.. Hona..? Nama yang asing dikepalaku, nama yang baru aku lihat, nama yang belum pernah kutemukan diantara gadis-gadis lain. Nama yang unik, yang aku sendiri belum tahu apa maknanya. Satu pertanyaan telah terungkap, telah terjawab, tak akan ada lagi rasa penasaran, tak akan ada lagi pertanyaan yang menghantui di pikiran. Hona. Itulah nama gadis itu, meski belum tahu apa nama lengkapnya. Tetapi itu saja sudah cukup. Hona.

Selasa, 18 November 2014

Pertemuan Pertama

            Hari itu, Pagi yang indah, burung burung bernyanyi diantara pepohonan kelapa, mentari pagi siap memunculkan dirinya di ufuk timur menggantikan penerang malam. Hari itu adalah hari pembagian jas alamamter di sebuah Universitas Negeri di pulau Sumatra bagian selatan, hari yang sangat spesial bagi seseorang. Ya.. hari itu adalah hari yang spesial bagiku, karena hari itu, saat aku menerima jas almamater berarti aku sudah menjadi mahasiswa. Yang berarti harus merubah semua aspek kehidupanku. Harus lebih dewasa, berpikir tenang, jangan mudah marah, dan harus memperbaiki ahlaq dan sifatku yang buruk waktu di SMA. Ya.. itu benar, dulu waktu di SMA aku terkenal dengan sebutan 'Playboy ga jadi'. Untungnya ga jadi... hahaha.
Julukan itu diberikan bukan karena aku playboy, sungguh tidak, aku tidak pernah mempunyai pacar sewaktu sma, satu-satunya aku mengungkapkan perasaan ku terhadap perempuan dan dia juga menyukaiku, tapi aku tidak pernah mengakui bahwa itu pacaran, begitu juga dia, hanya saling suka, dan tanpa status.
Entah apa alasan mereka memberikan julukan itu, yah... aku tidak terlalu memikirkan, biarlah mereka berkata apa. Aku tetaplah aku.

Ya.. aku tetaplah aku, anak desa yang lahir di bagian utara kota pangkal perjuangan, kota industri yang sangat besar, kota yang dulu dijuluki 'kota lumbung padi', kota Karawang. Yang merantau, menuntut ilmu di pulau seberang melintasi gunung, selat sunda, belajar di pulau sumatra bagian selatan. Disaat anak-anak dari sumatra sangat ingin menuntut ilmu di pulau jawa, aku justru sebaliknya. Pergi ke sumatra, pulau yang belum pernah tersentuh olehku, tidak ada saudara di sana. Sendiri. Untuk tujuan yang mulia.

Kembali lagi ke hari itu, hari yang akan mengubah semua hidupku. Aku datang pagi, pagi sekali. Sangat bersemangat untuk menerima sebuah kain besar berwarna hijau yang sering dipakai oleh para mahasiswa, terutama mahasiswa baru. Setelah menerima jas itu, mencoba apakah itu pas di badanku atau tidak, dan akhirnya jas itu cukup pas di tubuhku.

Pada saat yang bersamaan saat aku menerima jas itu, seseorang itu muncul, seseorang yang anggun, memakai pakaian serba coklat, kerudung coklatnya menguntai sampai menutupi sebagian badannya, sangat anggun, berjalan lembut dalam kesederhanannya. Ya. dia sangat sederhana, tapi sungguh menawan, tersenyum manis saat menerima jas oleh petugas loket itu. Sungguh manis.

Jam yang sama, menit yang sama, detik yang sama. Sel-sel dalam otak ku bergerak lebih cepat, memikirkan sebuah pertanyaan dalam pikiranku, sebuah pertanyaan yang menggangguku, 'Siapakah gadis itu'. Merambat ke hatiku, bergetar, merasakan sebuah rasa yang tidak biasa. Gadis yang akan menjadi bagian dari cerita ini. Gadis itu.
Tujuh menit kemudian setelah dia menerima jas almamater itu, mencoba memakai ditubuhnya, memastikan bahwa itu pas atau tidak, dia tersenyum sekali lagi ke petugas loket, berterima kasih, dan pergi. Menghilang di pelupuk pandangan mataku.

Astagfirullah. !! aku memandanginya, memandangi seorang gadis asing, itu bukan hak ku, pandangan mata ini tidak sengaja terus memperhatikannya, aku kembali menunduk.
Oh.. ibu. Siapakah gadis itu .??? Gadis yang membuat mengalihkan pandanganku dalam sekejap.
Setelah dia mulai menghilang dari pandanganku, rasa penasaran itu muncul, entah apa yang aku pikirkan waktu itu, aku mengikutinya. Mengikuti dari belakang, akan pergi kemana dia. Berharap sekali lagi bisa melihatnya. Beberapa langkah setelah aku mengikutinya, dia berhenti, berbalik berjalan mendekatiku. Ya Allah.. apa yang harus ku lakukan, apakah aku ketahuan telah mengikutinya ? Terdiam sejenak, berpura-pura mencari kegiatan, melihat sekitar, dan diapun melewati ku, berjalan kembali menuju loket pembagian itu. Dan itulah terakhir kali aku melihatnya hari itu, karena tidak mungkin aku akan mengikutinya lagi, takut dia curiga, akhirnya aku pulang ke kontrakanku, entah apa yang dia lakukan setelah itu, akan pergi kemana dia. Aku tidak tahu, aku pulang menyisakan sebuah pertanyaan besar dan sebuah harapan untuk bertemunya kembali. Kabar baiknya, pasti dia juga mahasiswi satu fakultas denganku. Cepat atau lambat, aku pasti akan melihatnya lagi.